Jumat, 14 Juni 2013

Seminggu



                Satu minggu setelah kejadiaan itu berlalu,
                Aku merasakan getaran  yang kau kirimkan kepadaku, entahlah rasa itu terus membayangiku walaupun saat itu kau hanya diam, perhatian yang membuatku bingung, membuatku semakin penasaran dan terus merindukanmu. Aku tak habis pikir mengapa aku bisa menangkap sinyal darimu yang begitu asing dan tak ku mengerti sama sekali. Apakah ini cinta? Bolehkah aku merasakan itu? Apakah kamu merasakan sesuatu seperti yang aku rasakan? Sadarkah kamu akan getaran yang kau kirimkan padaku saat itu? Tertangkap jelas, aku merasakannya tapi semu untuk kumengerti.
Melihatmu yang selalu bersikap dingin saat berpapasan, membuatku heran dan semakin bingung, seperti telah terjadi konflik batin diantara kita berdua. Kau seolah-olah tak mengenalku dan tak peduli aku. Aku mulai mengerti dari setiap pancaran matamu, aku mengerti. Kau mengirimkan sinar itu dengan penuh kesadaran, kau tak mau melepasku dan membiarkanku terjatuh, seperti saat kau menggenggam tanganku dalam perjalanan ke puncak. Kau membuatku terbelenggu dalam suatu rasa yang aneh, aku menghela nafas setiap memikirkan rasa itu, mengapa kau menggantungkanku, apakah kamu tidak merindukan aku? Dan gelisah seperti yang sedang aku rasakan.
                Setiap malam aku tidak bisa tidur. Bayanganmu selalu mengganggu malamku. Sampai ada hasratku yang mengatakan supaya aku berkata jujur tentang perasaan aneh ini, aku tidak mau begitu cepat mengartikan ini cinta tapi semakin lama aku semakin yakin bahwa ini cinta. Entahlah apa menurutmu.
                Tak pernah kau menyapaku lagi setelah kejadian itu. Aku semakin penasaran dan merindu, aku berharap kejadian di puncak itu bisa terulang lagi agar aku bisa mencerna apa maksudmu saat itu supaya aku hidup dalam kepastian bukan di gantung perasaan aneh yang tidak jelas yang terus kau kirimkan padaku setiap kau melihatku. Aku juga bodoh, semenjak saat itu senyumku seperti tertahan dan bibirku tertutup rapat, mataku bagai tak ingin melihatmu lagi, serasa hatiku mencoba melupakan. Tapi sebenarnya apa yang harus dilupakan. Rasa? Rasa perti apa yang dimaksudnya.
                Dan hatiku terus bertanya-tanya tentang perasaan ini begitu juga getaran dan pancaran mata yang aneh yang selalu membuatku gelisah sampai pada akhirnya aku berada di titik jenuh dalam penantian panjang ini aku merasa sia-sia, tak terasa aku terbelenggu dalam rasa ini selama setengah tahun dan aku terus mengamatimu yang semakin hari semakin tak kau sadari.
                Getaran yang kau buat membekas jelas dan mengukir sebagian hatiku yang membuatku semakin susah melepas ingatan kejadian itu yang menjadi sebuah kenangan teraneh yang selalu kusimpan. Namun kau tak mengindahkan kejadian itu hanya beberapa minggu saja kau terpikat dan membiarkannya berlalu begitu saja, tidak sepertiku yang terus menanyakannya, memikirkannya, merasakannya dan masih penasaran hingga kini. Ternyata aku telah jatuh cinta kepadamu...
                Diluar kesadaranku, aku diam-diam memerhatikanmu, diam-diam aku memendam rasa padamu. Aku tidak menceritakannya pada seseorang, sahabatku pun tidak. Aku tidak akan menceritakan ini semua sebelum aku yakin apa sebenarnya yang kurasa dan apa aku yakin ini cinta. Aku tidak mau membiarkan rasa ini tergantung lebih lama lagi. Telah banyak yang kulewatkan, aku terlarut kedalammu selama setengah tahun. Untung saja aku masih punya setengah tahun lagi untuk menunjukkan bahwa aku tidak selemah itu yang terus mencari tau tentang rasa yang kau kirimkan hanya sejenak.
                Aku pun berusaha melupakan rasa itu dengan mengisi hari-hariku dengan kesibukan yang aku senangi dan disana aku bertemu dengan seseorang yang bisa saja mengisi kekosongan hati ini dan membuatku perlahan melupaknmu dan rasa yang kau percikkan sedikit dihatiku dan melekat selama setengah tahun. Tak berapa lama aku bersamanya, menikmati indahnya cinta masa muda kami, begitu indah ditengah kasmaran, rasanya aku begitu cepat move on selama setengah tahun itu. Seakan dialah sosok malaikat yang dikirmkan Tuhan padaku, pangeran yang aku impikan yang menghapus air mataku dan membawaku terbang sampai langit ke tujuh, aku jatuh cinta padanya dan sangat tergila-gila.
                Sewaktu aku telah dimilikinya, entah selang anniversaryku yang ke tiga perasaan aneh itu muncul lagi. Ya salahku, aku mengajaknya ke puncak tempatku merasakan perasaan  aneh itu. Serentak aku terdiam dan tidak menghiraukannya, sampai kami pulang dengan keadaan tidak akur. Dia bilang aku terlihat aneh dan seperti orang depresi tapi tak berapa lama setelah ia mengantarku  pulang ia menelponku dan meminta maaf atas ucapannya, padahal tak sedikitpun ucapannya yang menusuk hatiku, aku bahkan tidak ingat lagi apa yang ia katakan. Aku terlalu sibuk kembali merasakan rasa itu sampai aku membenamkan badanku dan tertidur.
                Keesokan paginya dengan semangat aku menuju sekolah....
                Dengan heran digerbang se kolah aku melihat dia, tidak biasanya dia berdiri di gerbang dan tersenyum kepada semua orang. Aku berjalan perlahan melewatinya dengan sedikit canggung. Akhirnya  dia mencegatku dan memulai membuka pembicaraan, ucapan selamat pagi dari bibirnya seaakan membuka pintu hatiku yang kedua kali untuknya. Disaat aku telah dimiliki orang mengapa dia bersikap begitu, seperti tidak ingin aku dimiliki yang lain, apa dia tidak bisa melihatku bahagia dengan orang lain ataukah dia sengaja mempermainkan perasaanku ini? Apakah dia berpikir perasaanku akan mudah kembali ataukah dia benar-benar ingin menyampaikan sesuatu yang dari dulu kutunggu.
                Dengan suaranya yang khas ditelingaku, dia menyebut namaku, entahlah yang kurasa seperti kupu-kupu begitu banyak berterbangan disekelilingku. Entahlah aku sangat senang ketika dia menyebut namaku. Dia terlihat aneh dan sedikit canggung, aku mencurigai sesuatu darinya dan sekejap jantungku berdegup kencang dan bulu kudukku merinding. Dia hanya menyampaikan bahwa setelah pulang sekolah ia ingin menemuiku di belakang kantin.  Tanpa sadar, akupun mengiyakannya dan saking senangnya setelah ercakapan singkat itu aku terus tersenyum seperti orang gila. Tapi inilah, inilah sebuah kepastian yang aku inginkan dari dulu. Terpikir di benankku tentang ada apa dia ingin menemuiku pasti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.
                Sepulang sekolah aku menemuinya di belakang kantin. Dia menungguku, sepertinya sudah lumayan lama ia berdiri disitu. Aku tidak ingin merusak pertemuan kecil yanng begitu berarti ini. Aku sadar kalau ragaku telah dimiliki orang dan separuh hatiku telah dimiliki yang lain tapi sebenarnya seluruh cinta harapan dan hatiku tertinggal padanya. Aku berharap ia mengatakan apa yang aku harapkan.  Dia mengeluarkan sebuah sapu tangan dan memberikannya padaku lalu dia mengukir di sebuah pohon tertulis namaku dan namanya. Aku tak menyangka bahwa ia bisa bertingkah semanis itu. Aku sadar sapu tangan itu yang dulu aku pinjamkan ke  dia sewaktu dipuncak, dia berterima kasih padaku atas sapu tangan itu, katanya sangat membantu. Lalu dia mulai memandangku, pandangannya sama seperti saat dipuncak, masih teringat jelas dibenakku dan takkan kulupakan kejadian itu.
                Suaranya yang khas ditelingaku membuatku merinding dan serasa ingin melompat kegirangan sejak lama aku tidak berbicara dengannya, aku sangat merindukannya. Dia bilang maaf kepadaku. Aku mengangkat wajahku dan menatapnya heran dan bertanya mengapa dia meminta maaf. Banyak yang ia katakan kepadaku dan semua menyentuh hatiku sampai aku harus menangis di depannya. Yang paling mengiris hatiku ketika dia meminta maaf untuk perasaan yang tak terungkapkan selama ini, maaf untuk perasaan yang ia sadari namun tak ingin ia rasakan. Disitu hatiku serasa terlepas dan jatuh berkeping-keping ke tanah. Aku menyadari maksudnya bahwa ia juga merasakan perasaan yang kurasa selama ini tapi dia lebih tegar untuk bisa hidup tanpaku untuk menjauh menghilangkan rasa itu. Tak semudah yang ia bayangkan ketika kita mengetahui seseorang yang juga memiliki perasaan yang sama dan tidak menginginkan sebuah kebersamaan malah memilih untuk melupakan tanpa alasan yang jelas. Aku merasa digantung selama ini denyut nadiku seakan berhenti air mataku semakin deras dalam hatiku terus merasa sesal dan kesal, dia hanya meminta maaf untuk rasa yang ia abaikan. Dia mengijikanku untuk bahagia bersama orang lain. Dalam hatiku bertanya apakah ia tidak sadar bahwa yang aku harapkan hanyalah dia satu-satunya disisiku, aku bisa saja memutuskan dia karena yang aku mau hany dirinya, aku terpaku padanya hidupku dan bahagiaku, hatiku terus bersamanya.
                Dia pun pergi meninggalkanku dengan ukiran namaku dan namanya di pohon itu. Tak jelas apa yang ia sampaikan, apakah sebuah ucapan perpisahan? Aku mengejar dan mecegatnya. Aku merajuk dan mereka-reka padanya dengan air mata dipipi tak peduli apa yang orang lain katakan terhadapku. Hatiku yang menentukan aku harus berbuat apa, suara hati ini membuatku ingin mencegatnya, aku merasa sia-sia dalam penantian panjang ini kau anggap aku apa? Kau tau aku mencintaimu dan kau juga mencintaiku, mengapa kamu tidak membiarkan perasaan itu hadir diantara kita? Mengapa kamu menyembunyikan semuanya dan memilih membuangnya, kau tak pernah tau tak ada kenangan yang kita buat begitu istimewa tapi melihatmu saja sudah sangat berkesan dalam hari-hariku. Kenapa kamu yakin sekali untuk tidak merasa perasaan itu. Aku mencintaimu, dalam diam aku terus mengharapkanmu, aku memperhatikanmu. Kau tak pernah lepas dari pandanganku. Aku sangat menginginkanmu disisiku, apa kamu tidak bisa mengerti aku? Izinkan aku memilikimu, izinkan aku bersamamu. Walau kau sangat tidak menginginkan rasa itu ada padamu tapi cobalah rasakan dan nikmati buat aku bahagia disini bersamamu.
                Kekasihku pun mendengar semua yang kukatakan padanya. Terlihat jelas ia sangat sedih tapi dia mencoba mengertiku dan membiarkanku bersamanya.
                Aku pun terbenam dalam kebisuannya, dia memeluku begitu erat tapi aku tak mengerti maksud hati dia memelukku, aku hanya tidak ingin melepasnya dan membiarkan dia pergi. Aku menyayanginya sampai aku harus mmeerelakan perasaan kami hilang, karena jika tidak, kami akan terus terbelenggu dalam rasa itu. Aku merelakan kemauannya dan memilih setia bersama kekasihku yang sangt mengerti aku apa adanya yang selalu ada dan setia membuatku tersenyum lagi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar