Satu minggu
setelah kejadiaan itu berlalu,
Aku merasakan
getaran yang kau kirimkan kepadaku,
entahlah rasa itu terus membayangiku walaupun saat itu kau hanya diam,
perhatian yang membuatku bingung, membuatku semakin penasaran dan terus
merindukanmu. Aku tak habis pikir mengapa aku bisa menangkap sinyal darimu yang
begitu asing dan tak ku mengerti sama sekali. Apakah ini cinta? Bolehkah aku
merasakan itu? Apakah kamu merasakan sesuatu seperti yang aku rasakan? Sadarkah
kamu akan getaran yang kau kirimkan padaku saat itu? Tertangkap jelas, aku
merasakannya tapi semu untuk kumengerti.
Melihatmu yang selalu bersikap dingin
saat berpapasan, membuatku heran dan semakin bingung, seperti telah terjadi
konflik batin diantara kita berdua. Kau seolah-olah tak mengenalku dan tak
peduli aku. Aku mulai mengerti dari setiap pancaran matamu, aku mengerti. Kau
mengirimkan sinar itu dengan penuh kesadaran, kau tak mau melepasku dan
membiarkanku terjatuh, seperti saat kau menggenggam tanganku dalam perjalanan
ke puncak. Kau membuatku terbelenggu dalam suatu rasa yang aneh, aku menghela
nafas setiap memikirkan rasa itu, mengapa kau menggantungkanku, apakah kamu
tidak merindukan aku? Dan gelisah seperti yang sedang aku rasakan.
Setiap malam aku
tidak bisa tidur. Bayanganmu selalu mengganggu malamku. Sampai ada hasratku
yang mengatakan supaya aku berkata jujur tentang perasaan aneh ini, aku tidak
mau begitu cepat mengartikan ini cinta tapi semakin lama aku semakin yakin
bahwa ini cinta. Entahlah apa menurutmu.
Tak pernah kau
menyapaku lagi setelah kejadian itu. Aku semakin penasaran dan merindu, aku
berharap kejadian di puncak itu bisa terulang lagi agar aku bisa mencerna apa
maksudmu saat itu supaya aku hidup dalam kepastian bukan di gantung perasaan
aneh yang tidak jelas yang terus kau kirimkan padaku setiap kau melihatku. Aku
juga bodoh, semenjak saat itu senyumku seperti tertahan dan bibirku tertutup
rapat, mataku bagai tak ingin melihatmu lagi, serasa hatiku mencoba melupakan.
Tapi sebenarnya apa yang harus dilupakan. Rasa? Rasa perti apa yang
dimaksudnya.
Dan hatiku terus
bertanya-tanya tentang perasaan ini begitu juga getaran dan pancaran mata yang
aneh yang selalu membuatku gelisah sampai pada akhirnya aku berada di titik
jenuh dalam penantian panjang ini aku merasa sia-sia, tak terasa aku
terbelenggu dalam rasa ini selama setengah tahun dan aku terus mengamatimu yang
semakin hari semakin tak kau sadari.
Getaran yang kau
buat membekas jelas dan mengukir sebagian hatiku yang membuatku semakin susah
melepas ingatan kejadian itu yang menjadi sebuah kenangan teraneh yang selalu
kusimpan. Namun kau tak mengindahkan kejadian itu hanya beberapa minggu saja
kau terpikat dan membiarkannya berlalu begitu saja, tidak sepertiku yang terus
menanyakannya, memikirkannya, merasakannya dan masih penasaran hingga kini.
Ternyata aku telah jatuh cinta kepadamu...
Diluar
kesadaranku, aku diam-diam memerhatikanmu, diam-diam aku memendam rasa padamu.
Aku tidak menceritakannya pada seseorang, sahabatku pun tidak. Aku tidak akan
menceritakan ini semua sebelum aku yakin apa sebenarnya yang kurasa dan apa aku
yakin ini cinta. Aku tidak mau membiarkan rasa ini tergantung lebih lama lagi.
Telah banyak yang kulewatkan, aku terlarut kedalammu selama setengah tahun.
Untung saja aku masih punya setengah tahun lagi untuk menunjukkan bahwa aku
tidak selemah itu yang terus mencari tau tentang rasa yang kau kirimkan hanya
sejenak.
Aku pun berusaha
melupakan rasa itu dengan mengisi hari-hariku dengan kesibukan yang aku senangi
dan disana aku bertemu dengan seseorang yang bisa saja mengisi kekosongan hati
ini dan membuatku perlahan melupaknmu dan rasa yang kau percikkan sedikit
dihatiku dan melekat selama setengah tahun. Tak berapa lama aku bersamanya,
menikmati indahnya cinta masa muda kami, begitu indah ditengah kasmaran,
rasanya aku begitu cepat move on selama setengah tahun itu. Seakan dialah sosok
malaikat yang dikirmkan Tuhan padaku, pangeran yang aku impikan yang menghapus
air mataku dan membawaku terbang sampai langit ke tujuh, aku jatuh cinta
padanya dan sangat tergila-gila.
Sewaktu aku
telah dimilikinya, entah selang anniversaryku yang ke tiga perasaan aneh itu
muncul lagi. Ya salahku, aku mengajaknya ke puncak tempatku merasakan
perasaan aneh itu. Serentak aku terdiam
dan tidak menghiraukannya, sampai kami pulang dengan keadaan tidak akur. Dia
bilang aku terlihat aneh dan seperti orang depresi tapi tak berapa lama setelah
ia mengantarku pulang ia menelponku dan
meminta maaf atas ucapannya, padahal tak sedikitpun ucapannya yang menusuk
hatiku, aku bahkan tidak ingat lagi apa yang ia katakan. Aku terlalu sibuk
kembali merasakan rasa itu sampai aku membenamkan badanku dan tertidur.
Keesokan paginya
dengan semangat aku menuju sekolah....
Dengan heran
digerbang se kolah aku melihat dia, tidak biasanya dia berdiri di gerbang dan
tersenyum kepada semua orang. Aku berjalan perlahan melewatinya dengan sedikit
canggung. Akhirnya dia mencegatku dan
memulai membuka pembicaraan, ucapan selamat pagi dari bibirnya seaakan membuka
pintu hatiku yang kedua kali untuknya. Disaat aku telah dimiliki orang mengapa
dia bersikap begitu, seperti tidak ingin aku dimiliki yang lain, apa dia tidak
bisa melihatku bahagia dengan orang lain ataukah dia sengaja mempermainkan
perasaanku ini? Apakah dia berpikir perasaanku akan mudah kembali ataukah dia
benar-benar ingin menyampaikan sesuatu yang dari dulu kutunggu.
Dengan suaranya
yang khas ditelingaku, dia menyebut namaku, entahlah yang kurasa seperti
kupu-kupu begitu banyak berterbangan disekelilingku. Entahlah aku sangat senang
ketika dia menyebut namaku. Dia terlihat aneh dan sedikit canggung, aku
mencurigai sesuatu darinya dan sekejap jantungku berdegup kencang dan bulu
kudukku merinding. Dia hanya menyampaikan bahwa setelah pulang sekolah ia ingin
menemuiku di belakang kantin. Tanpa
sadar, akupun mengiyakannya dan saking senangnya setelah ercakapan singkat itu
aku terus tersenyum seperti orang gila. Tapi inilah, inilah sebuah kepastian
yang aku inginkan dari dulu. Terpikir di benankku tentang ada apa dia ingin
menemuiku pasti ada sesuatu yang ingin dia sampaikan.
Sepulang sekolah
aku menemuinya di belakang kantin. Dia menungguku, sepertinya sudah lumayan
lama ia berdiri disitu. Aku tidak ingin merusak pertemuan kecil yanng begitu
berarti ini. Aku sadar kalau ragaku telah dimiliki orang dan separuh hatiku
telah dimiliki yang lain tapi sebenarnya seluruh cinta harapan dan hatiku
tertinggal padanya. Aku berharap ia mengatakan apa yang aku harapkan. Dia mengeluarkan sebuah sapu tangan dan
memberikannya padaku lalu dia mengukir di sebuah pohon tertulis namaku dan
namanya. Aku tak menyangka bahwa ia bisa bertingkah semanis itu. Aku sadar sapu
tangan itu yang dulu aku pinjamkan ke
dia sewaktu dipuncak, dia berterima kasih padaku atas sapu tangan itu,
katanya sangat membantu. Lalu dia mulai memandangku, pandangannya sama seperti
saat dipuncak, masih teringat jelas dibenakku dan takkan kulupakan kejadian
itu.
Suaranya yang
khas ditelingaku membuatku merinding dan serasa ingin melompat kegirangan sejak
lama aku tidak berbicara dengannya, aku sangat merindukannya. Dia bilang maaf
kepadaku. Aku mengangkat wajahku dan menatapnya heran dan bertanya mengapa dia
meminta maaf. Banyak yang ia katakan kepadaku dan semua menyentuh hatiku sampai
aku harus menangis di depannya. Yang paling mengiris hatiku ketika dia meminta
maaf untuk perasaan yang tak terungkapkan selama ini, maaf untuk perasaan yang
ia sadari namun tak ingin ia rasakan. Disitu hatiku serasa terlepas dan jatuh
berkeping-keping ke tanah. Aku menyadari maksudnya bahwa ia juga merasakan
perasaan yang kurasa selama ini tapi dia lebih tegar untuk bisa hidup tanpaku
untuk menjauh menghilangkan rasa itu. Tak semudah yang ia bayangkan ketika kita
mengetahui seseorang yang juga memiliki perasaan yang sama dan tidak
menginginkan sebuah kebersamaan malah memilih untuk melupakan tanpa alasan yang
jelas. Aku merasa digantung selama ini denyut nadiku seakan berhenti air mataku
semakin deras dalam hatiku terus merasa sesal dan kesal, dia hanya meminta maaf
untuk rasa yang ia abaikan. Dia mengijikanku untuk bahagia bersama orang lain.
Dalam hatiku bertanya apakah ia tidak sadar bahwa yang aku harapkan hanyalah
dia satu-satunya disisiku, aku bisa saja memutuskan dia karena yang aku mau
hany dirinya, aku terpaku padanya hidupku dan bahagiaku, hatiku terus
bersamanya.
Dia pun pergi
meninggalkanku dengan ukiran namaku dan namanya di pohon itu. Tak jelas apa
yang ia sampaikan, apakah sebuah ucapan perpisahan? Aku mengejar dan
mecegatnya. Aku merajuk dan mereka-reka padanya dengan air mata dipipi tak
peduli apa yang orang lain katakan terhadapku. Hatiku yang menentukan aku harus
berbuat apa, suara hati ini membuatku ingin mencegatnya, aku merasa sia-sia
dalam penantian panjang ini kau anggap aku apa? Kau tau aku mencintaimu dan kau
juga mencintaiku, mengapa kamu tidak membiarkan perasaan itu hadir diantara
kita? Mengapa kamu menyembunyikan semuanya dan memilih membuangnya, kau tak
pernah tau tak ada kenangan yang kita buat begitu istimewa tapi melihatmu saja
sudah sangat berkesan dalam hari-hariku. Kenapa kamu yakin sekali untuk tidak
merasa perasaan itu. Aku mencintaimu, dalam diam aku terus mengharapkanmu, aku
memperhatikanmu. Kau tak pernah lepas dari pandanganku. Aku sangat
menginginkanmu disisiku, apa kamu tidak bisa mengerti aku? Izinkan aku
memilikimu, izinkan aku bersamamu. Walau kau sangat tidak menginginkan rasa itu
ada padamu tapi cobalah rasakan dan nikmati buat aku bahagia disini bersamamu.
Kekasihku pun
mendengar semua yang kukatakan padanya. Terlihat jelas ia sangat sedih tapi dia
mencoba mengertiku dan membiarkanku bersamanya.
Aku pun terbenam
dalam kebisuannya, dia memeluku begitu erat tapi aku tak mengerti maksud hati
dia memelukku, aku hanya tidak ingin melepasnya dan membiarkan dia pergi. Aku
menyayanginya sampai aku harus mmeerelakan perasaan kami hilang, karena jika
tidak, kami akan terus terbelenggu dalam rasa itu. Aku merelakan kemauannya dan
memilih setia bersama kekasihku yang sangt mengerti aku apa adanya yang selalu
ada dan setia membuatku tersenyum lagi